Guru Sufiku dari Tanjung, Kalsel.
Didalam berproses menjadi seorang muslimah yang lebih baik dari hari kehari, saya memiliki beberapa pembimbing spiritual dan mengikuti dua aliran tarekoh – Tarekat Sadziliyah dan Tarekat Naqsabandi Haqqani. Dari beberapa yang mendampingi saya secara intens terdapat seorang dari Kalimantan Selatan yang bernama Ustad Ahmad Jaro asal Tanjung, Kalsel. Dalam tulisan kali ini saya ingin bercerita tentang Ustad Jaro yang dihari Raya Idul Adha ini sedang berada di Arafah berwukuf bersama pululan juta muslimin dan muslimat dari seluruh dunia.
Terakhir saya menemuinya di airport Cengkareng dalam perjalan pulang beliau ke Tanjung, Kalsel bersama seorang Polisi yang sekaligus menjadi ketua Yayasan Hasbunallah di Tanjung, yang biasa saya panggil Mas Tri. Saya masih sedang bercanda dan tertawa ria bersama Mas Tri dan dua orang polisi lainnya temannya dibandara, ketika Ustad Jaro mengatakan gantungan ditas hitam besarku yang ada bandulan berlogo Mabes Polri lucu juga melekat dengan baju gamis kaosku yang berwarna hitam. ”Nggak matching ya Pak ustad?” tanyaku ringan. Ustad Jaro menjawab tak kalah ringan bercandaku dengan mengatakan bahwa kelihatannya saya suatu saat tak lama lagi bisa juga menyandang Brigjenpol namun ’tituler’ (sejenis honoris causa dalam civitas academica). Maka meledaklah tawaku sejadi-jadinya, karena memang saya merasa benar-benar ’lucu’ dan sangat menyenangkan mursyid (guru) tasawufku yang satu ini. Karena memang sejujurnya sedari remaja saya menyenangi martial art dan mempunyai sifat sedikit tomboy.
Memang tidak terlalu banyak orang mengetahuinya, bahwa saya pernah menguasai kungfu dan silat. Dahulu kala konon diceritakan bahwa tendangan kaki saya seperti ’angin.’ Dan pernah membayangkan memasuki dunia pendidikan militer di angkatan udara (karena saya suka bunji jumping dan terbang layang) atau menjadi Polwan (polisi wanita). Tapi itukan dulu, duluuuuu… sekali!
Hari ini saya sedang merasa sangat sedih dan prihatin melihat kondisi POLRI dengan menejemen yang semakin buruk serta mengulang banyak kesalahan yang seharusnya tidak perlu terjadi seperti dimasa Orde Baru yang lalu. Lihatlah bagaimana oknum komandan Polri memerintahkan anak buahnya masuk kekampus Unas (Universitas Nasional) dan memukuli mahasiswa yang sedang unjuk rasa namun dihalaman dalam kampus! Juga bagaimana Habiab Riziq dijebak pada unjuk rasa anti gerakan Ahmadiyah dilapangan Monas yang lalu. Innalillahi wa inna ilaihi rojiuuunnn… Ganti Kapolri adalah uji kehandalan Presiden SBY didalam memilih salah satu unsur pembantunya. Apakah Bambang Hendarso memang diprediksi dan diposisikan untuk menjadi sahabat/mitra masyarakat, atau malah menjadi alat pembungkam masyarakat seperti kerjadian sepuluh tahun yang lalu dimasa rezim Orde Baru? Kenapa Rieke Dyah Pitaloka sahabat artisku yang sekolahan itu harus ditangkap dan di’polisikan’? Rieke kan hanya mengekspresikan ketidakadilan elit pemerintah didalam membimbing rakyat menuju jalan yang baik dan benar, yang adil dan seimbang tidak tebang pilih dalam proses hukum? Apalagi sekarang ini dia sedang hamil anak pertama yang telah lama ditunggu-tunggu.
Saya ingin memanjatkan doa selamat bagi NKRI agar selamat meniti perjalanan setapak dipenghujung tahun 2008 yang penuh duka ini. Wajah teduh Ustad Jaro membayang didalam doa panjang bagi para tabi-tabi-tabi-tabi-tabi-tabi’in tersebut… Allahu Akbar, kita belum merdeka!